MAKALAH PEMASANGAN INFUS DAN MENGHITUNG TETESAN INFUS
MAKALAH
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1
“PEMASANGAN INFUS PADA DEWASA
SERTA PERHITUNGAN TETESAN INFUS”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Adinda Aulia P. Y
2. Annisa Febriani M
3. Devia Dhewanti
4. Rizka A
2.C KEPERAWATAN
STIKes Medistra Indonesia
Jl. Cut Mutia Raya No. 88 A – Kel.
Sepanjang Jaya – Bekasi
Telp. (021) 82431375, Fax. (021)
82431374
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang pemasangan
infus dan perhitungan tetesan infus.
Makalah ilmiah ini
telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bekasi, 25
November 2018
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemberian cairan
melalui infus merupakan tindakan memasukkan cairan melalui intravena yang
dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makanan. Infus merupakan tindakan yang dilakukan
pasien dengan cara memasukan cairan melalui intra vena dengan bantuan infus
set, dengan tujuan memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian nutrisi parenteral.
Sesuatu yang masuk ke
dalam tubuh, memiliki kandungan atau komposisi yang harus sesuai tubuh manusia.
Pemberian ini tidak boleh salah, karena bisa berakibat fatal. Misalnya saja
flebitis. Flebitis adalah radang dinding vena. Oleh sebab itu, kita sebagai
tenaga medis terlebih dahulu harus bisa memahami komposisi dari tiap- tiap
infus. Dengan adanya kita mengenali, maka kecelakaan terhadap tenaga medis
kepada pasien. Hal inilah akan dibahas secara menyeluruh.
B.
Tujuan
1. Menjelaskan pengertian
Infus
2. Menjelaskan tujuan
pemasangan infus
3. Menjelaskan keuntungan
dan kerugian terapi intravena
4. Mengetahui lokasi vena
untuk pemasangan infus
5. Mengetahui Jenis
cairan infus
6. Menjelaskan prosedur
kerja
7. Menjelaskan cara
menghitung tetesan infus
8. Mengetahui komplikasi
dari pemasangan infus
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Infus
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan
merupakan tindakan yang sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi
resiko terjadinya infeksi yang akan menambah tingginya biaya perawatan dan
waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam
pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah ditetapkan, sehingga
kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus dapat
dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Pemberian
cairan melalui infus merupakan tindakan memasukan cairan melalui intravena yang
dilakukan pada pasien dengan bantuan perangkat infus. Tindakan ini dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit serta sebagai tindakan
pengobatan dan pemberian makanan (Aziz,2008)
B. Tujuan
pemasangan Infus
1.
Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air,
elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
secara adekuatmelalui oral
2.
Memperbaiki keseimbangan asam basa
3.
Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4.
Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5.
Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6.
Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan
C. Keuntungan dan Kerugian
Terapi Intravena
Keuntungan dan
kerugian terapi intravena adalah :
1. Keuntungan
a. Efek terapeutik segera dapat tercapai karena
penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat.
b. Absorsi total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan
terapi lebih dapat diandalkan.
c. Kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek
terapeutik dapat dipertahankan maupun dimodifikasi.
d. Rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika
diberikan intramuskular atau subkutan dapat dihindari.
e. Sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan
rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus
gastrointestinalis.
2. Kerugian
a. Tidak bisa dilakukan “Drug Recall” dan mengubah
aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi.
b. Kontrol pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “Speeed
Shock”
c. Komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu:
§ Kontaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi
dalam periode tertentu.
§ Iritasi Vaskular, misalnya phlebitis kimia.
§ Inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat
tambahan.
D. Lokasi
vena untuk pemasangan infus
Macam-macam vena :
1.
Vena digitalis
Vena digitalis terdapat
pada punggung tangan yang mengalir di sepanjang sisi lateral jari tangan dan
terhubung ke vena dorsalis oleh cabang-cabang penyambung.
2.
Vena Dorsalis Superfisialis
Vena ini terletak di metakarpal
atau punggung tangan yang berasal dari gabungan vena-vena digitalis yang
berasal dari jari-jari tangan. Vena digitalis ini adalah pilihan vena nomor dua
setelah vena digitalis jika tidak berhasil.
3.
Vena Sefalika
Vena sefalika merupakan
pembuluh darah vena yang terletak di lengan bagian bawah pada posisi radial
lengan yang posisinya sejajar dengan ibu jari. Vena ini berjalan ke atas
sepanjang bagian luar dari lengan bawah dalam region antekubiti. Vena sefalika
lebih kecil dan biasanya lebih melengkung dari vena basilika.
4.
Vena Basilika
Vena basilika ditemukan
pada sisi ulnaris lengan bawah. Vena ini berjalan ke atas pada bagian posterior
atau belakang lengan dan kemudian melengkung ke arah permukaan anterior atau
region antekubiti. Vena ini kemudian berjalan lurus ke atas dan memasuki
jaringan yang lebih dalam.
5.
Vena Mediana Kubiti
Vena mediana atau
antekubiti merupakan vena yang berasal dari vena lengan bawah dan umumnya
terbagi dalam dua pembuluh darah, satu berhubungan dengan vena basilika dan
yang lainnya berhubungan dengan vena sefalika. Vena mediana kubiti ini biasanya
digunakan untuk pengambilan sampel darah.
Gambar untuk semua vena :
E.
Cairan Infus
Berdasarkan
osmolalitasnya, menurut Perry dan Potter (2005), cairan intravena (infus)
dibagi menjadi 3, yaitu:
1.
Cairan ersifat isotonis: osmolaritas
(tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (bagian cair dari komponen darah),
sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus
menurun). Meiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada
penyakit gagal jantung kongresif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan
Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
2.
Cairan bersifat hipotonis:
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas
serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan
sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas
tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan
sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam
terapi deuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan
tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps
kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakarnial (dalam otak) pada beberapa
orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
3.
Cairan bersifat hipertonis:
osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan
elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan
tekanan darah, meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema bengkak).
Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose
5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5% + Ranger- Lactate.
F. Prosedur kerja
Pemberian
cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh
darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan infus
set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan dehidrasi, sebelum transfusi
darah, pra dan pasca bedah sesuai pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan
dan minum melaui mulut.
1. Persiapan
pasien
Pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan
dilakukan
2. Persiapan
alat
·
Standar infus
·
Cairan infus dan infus set sesuai
kebutuhan
·
Jarum / wings needle/abocath sesuai
dengan ukuran yang dibutuhkan
·
Perlak dan tourniquet
·
Plester dan gunting
·
Bengkok
·
Sarung tangan bersih
·
Kassa seteril
·
Kapas alkohol dalam tempatnya
·
Bethadine dalam tempatnya
3. Penatalaksanaannya
Ø Mencuci
tangan
Ø Memberitahu
tindakan yang akan dilakukan
Ø Mengisi
selang infus
Ø Membuka
plastic infus set dengan benar
Ø Tetap
melindungi ujung selang steril
Ø Menggantungkan
infus set dengan cairan infus dengan posisi cairan infus mengarah keatas
Ø Menggantung
cairan infus di standar cairan infus
Ø Mengisi
cairan infus set dengan cara menekan (tapi jangan sampai terendam)
Ø Mengisi
selang infus dengan cairan yang benar
Ø Menutup
ujung selang dan tutup dengan mempertahankan kesterilan
Ø Cek
adanya udara dalam selang
Ø Pakai
sarung tangan bila perlu
Ø Memilih
posisi yang tepat untuk memasang infus
Ø Meletakkan
perlak dan pengalas
Ø Memilih
vena yang tepat dan benar
Ø Memasang
tourniquet
Ø Deninfeksi
vena dengan alcohol dari atas kebawah dengan sekali hapus
Ø Buka
abocath apakah ada kerusakan atau tidak
Ø Menusukan
abocath pada vena yang telah dipilih
Ø Memperhatikan
adanya darah dalam kompartemen darah dalam abocath
Ø Tourniquet
di cabut
Ø Menyambungkan
dengan ujung selang yang telah terlebih dahulu dikeluarkan cairannya sedikit,
dan sambil dibiarkan menetes sedikit
Ø Memberikan
plester pada ujung abocath tapi tidak menyentuh area penusukan untuk fiksasi
Ø Membalut
dengan kassa betadinsteril dan menutupnya dengan kassa steril kering
Ø Memberi
plester dengar benar dan mempertahankan keamanan abocath agar tidak tercabut
Ø Mengatur
cairan tetesan infus sesuai kebutuhan pasien
Ø Alat-alat
di bereskan dan perhatikan bagaimana respon pasien
Ø Perawat
kembali cuci tangan
Ø Catat
tindakan yang dilakukan
4. Evaluasi
Perhatikan kelancaran infus, dan perhatikan juga
respon klien terhadap pemberian tindakan.
5. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu
pelaksanaan, hasil tindakan, reaksi respon klien terhadap pemasangan
infus, cairan dan tetesan yang diberikan, nomor abocath, vena yang dipasang,
dan perawat yang melakukan ) pada catatan dokumentasi
G. Cara Menghitung
Tetesan Infus :
v Kenali faktor tetesan
dalam bentuk banyaknya tetesan/ml (tts/ml) dari sebuah set infus, misalnya :
o
Mikrodrip (tetes mikro) : 60 tts/ml
o
Makrodrip (tetes makro), yang terdiri dari :
§ Abbott Lab : 15 tts/ml
§ Travenol Lab : 10
tts/ml
§ McGaw Lab : 15 tts/ml
§ Baxter : 10
tts/ml
v Menghitung kecepatan
aliran ( tts/ml) setelah menghitug jumah ml/ jam jika dibutuhkan.
|
a.
Volume total (ml) ÷ jam pemberian
infus = ml/jam
i.
ml/jam ÷ 60 menit = tts/mnt
b.
b. ml/jam
x faktor tetes ÷ 60 menit = tts/mnt
|
v Tentukan kecepatan per
jam dengan membagi volume dengan jam.
Contohnya :
|
b) 1000 ml ÷ 8 jam =
125 ml/jam atau jika 4 L diprogramkan untuk 24 jam, maka :
c) 4000 ml ÷ 24 jam =
166,7 atau 167 ml/jam
|
v Keterangan :
|
1 cc = 20 tetes makro = 60 tetes mikro
|
v Dewasa; (makro dengan 20
tetes/ml)
Tetesan/menit:
|
Jumlah cairan yang masuk
|
|
Lamanya
Infus(jam) X 3
|
|
∑ keb.
Cairan X Faktor tetesan
|
|
Lama
Infus(Jam) X 60 menit
|
Keterangan:
Faktor tetesan Infus bermacam-macam, hal
ini dapat dilihat pada label infus (10 tetes/menit, 15 tetes/menit, dan 20
tetes/menit).
Contoh:
Seorang pasien dewasa diperlukan
rehidrasi dengan 1000ml(2 botol) dalam 1 jam, maka tetesan per menit adalah?
1000ml
Tetesan/menit
= ----------------------- = 333/menit
1 X 3
1000ml X 20
Tetesan/menit
= ---------------------------- = 333/ menit
1 X 60 menit
Ø Anak
Jumlah cairan yang
masuk
Tetesan/menit(mikro)
= --------------------------------------
Lamanya infus (jam)
Contoh:
Seorang
pasien neonatus diperlukan rehidrasi dengan 250µl dalam 2 jam, maka tetesan per
menit adalah?
250
Jumlah tetesan (mikro)
= ----------------- = 125 tetes/menit
2
H. Komplikasi Pemasangan Infus
Pemasangan
infus intravena diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama
tentunya akan meningkatkan terjadinya komplikasi. Komplikasi dari pemasangan
infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, trombiflebitis, emboli udara
(Hinlay, 2006).
a. Flebitis
Inflasi
vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini
dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar
daerah inersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area
inersi atau sepanjang vena dan pembengkakan.
b. Infiltrasi
Infiltaris
terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekililing tempat fungsi
vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan
cairan di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar
area inersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata.
Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat
yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih dipercaya
untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di
daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket
tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes
meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infilrasi.
c. Iritasi
vena
Kondisi
ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area
insersi. Iritasi vena bisa terjadi karena cairan dengan pH tinggi,
pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misalnya: Phenytoin,
voncomycin, eritromycin dan nafellin).
d. Hematoma
Hematoma
terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area inersi. Hal
ini disebabkan oleh pecahnya vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum
keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan
setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu
ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada
tempat penusukan.
e. Tromboflebitis
Tromboflebitis menggambarkan
adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik Tromboflebitis adalah
adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di
sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya
rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam,
malaise, dan leukositosis.
f. Trombisis
Trombisis ditandai
dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti. Trombisis disebabkan
oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
g. Occlusion
Occlusion ditandai
dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik
darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusiondisebabkan
oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang
diklem terlalu lama.
h. Spasme Vena
Kondisi
ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran
berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme Vena bisa
disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat
atau cairan yang mudah mgiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.
i.
Reaksi Vasovagal
Digambarkan
dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan,
pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh
nyeri kecemasan.
j.
Kerusakan Syaraf, tendon dan ligament
Kondisi
ini ditadai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek
lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini
disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri
di sekitar syaraf, tendon dan ligament.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pemberian
cairan intravena yaitu memasukkan cairan atau
obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu
dengan menggunakan infus set. Tindakan ini dilakukan pada klien dengan
dehidrasi, sebelum transfusi darah, pra dan pasca bedah sesuai
pengobatan, serta klien yang tidak bisa makan dan minum melaui
mulut.
B.
Saran
Penulis
dapat memperbaiki makalah cara menghitung tetesan cairan infus
dengan mempertimbangkan berbagai sumber
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan
Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika
Potter and Perry. 2006. Buku
fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik edisi 4 volume 2.
Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Keterampilan
Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan edisi 2. Jakarta:Salemba Medika






Komentar
Posting Komentar